Jangan lupa untuk mengunjungi Blog Utama Kami di ahimzafatih.com

Jumat, 24 April 2009

METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

A. PENDAHULUAN

Perkembangan penelitian kualitatif diawali dengan penyebutan istilah-istilah antara lain naturalistik, pasca postivistik, etnografik, fenomologi, hermanologi. dll. Selanjutnya pengaruh positivisme semakin membesar di perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya positivisme dianggap terlalu menjebak para peneliti social budaya, yang menghadapi permasalahan yang sulit untuk terpecahkan. Sehingga penelitian kuantitatif yang semula dianggap sebagai metode penelitian yang selama ini paling benar disingkap dengan pandangan baru era pasca positivisme oleh para peneliti sosial budaya.

Pada awal perkembangan penelitian kualitatif terjadi perdebatan dan pertentangan kuat dengan penelitian kuantitatif yang selama ini menguasai kegiatan ilmiah di semua bidang kelimuan. Kemudian penelitian kualitatif semakin berkembang dan meningkat dalam paradigmanya. Dipacu pula dengan banyaknya tokoh-tokoh pendukung dalam pakar penelitian bahkan pendukung kuat penelitian kuantitatif banyak yang bergeser menerima dan mendukung, sehingga kekuatan penelitian kualitatif semakin terakui.



B. KETIDAKPUASAN TERHADAP POSITIVISME

Kritik terhadap positivisme antara lain :

1. Positivisme membawa pada suatu konseptualisasi ilmu pengetahuan yang kurang memadai
2. Positivisme tidak mampu menghadapi dengan baik dua aspek penting dan berinteraksi mengenai hubungan teori-fakta
3. Positivisme sangat tergantung pada operasionalisme yang telah semakin dinilai tidak cukup memadai
4. Positivisme paling tidak mempunyai dua hal yang bertentangan dan tak berdasar
5. Positivisme telah menghasilkan riset dengan reponden manusia yang mengabaikan kemanusiawiannya, sebagai suatu fakta yang punya implikasi etis dan validitasnya
6. Positivisme terlalu cepat untuk menggarap formulasi konseptual/ empiris dari beragam bidang
7. Positivisme bersandar pada paling tidak lima asumsi yang semakin sulit dipertahankan

C. PENOPANG TEORITIS RISET KUALITATIF

Perspektif fenomenologis berada pada kedudukan pertama dalam metodologi kualitatif. Fenomenologi memandang perilaku manusia, apa yang mereka katakan, apa yang mereka lakukan adalah sebagai produk bagaimana oarang melakukan tafsir terhadap dunia mereka sendiri. Tugas penelitian kualitatif adalah menangkap proses tersebut.

Setelah fenomenologis selanjutnya adalah hermeneutik, yang mengarahkan pada penafsiran ekspresi yang penuh makna dan dilakukan dengan sengaja oleh manusia. Peneliti yang sedang melakukan kegiatannya, menggunakan kemampuannya sendiri untuk menemukan makna dari apa yang diteliti.

Penunjang lain dalam penelitian kualitatif adalah interaksi simbolik yaitu asumsi pengalaman manusia diperoleh lewat intepretasi. Obyek, situati, orang, peristiwa tidaklah mempunyai makna sendiri. Adanya makna muncul karena pemberian interpretasi.

Teori terakhir yang mempengaruhi penelitian kualitatif adalah budaya. Budaya merupakan pengetahuan yang diperoleh seseorang dan digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman yang menghasilkan perilaku, dimana perilaku sendiri didasarkan pada makna sebagai hasil persepsi terhadap kehidupan pada pelakunya.

D. KARAKTERISTIK RISET KUALITATIF

Karakteristik penelitian kualitatif meliputi :

1. Natural setting, topik berdasarkan kondisi asli
2. Permasalakan masa kini, mengarah pada kegiatan dalam jangka waktu dekat dan pada masalah kekinian
3. Memusatkan pada deskripsi, melibatkan kegiatan patologi, sedekat mungkin dengan aslinya
4. Human Instrument, alat penelitian utama adalah peneliti sendiri
5. Purposive Sampling, cenderung purposive untuk lebih mampu menangkap realitas jamak.
6. Pemanfaatan “Tacit Knowledge”, mendukung pengetahuan yang bersifat intuitif
7. Lebih mementingkan proses dari pada produk
8. Makna sebagai perhatian utama riset, minat ditekankan pada bagaimana cara orang memberi makna pada kehidupannya sendiri(participan’s perspective).
9. Analisa Induktif, menekankan analisis induktif daripada induktif
10. Struktur sebagai suatu ”ritual constraint”, menganggap aktifitas sosial sebagai kebiasaan, kondisi sesaat atau pola yang tergantung pada situasinya
11. Riset kualitatif bersifat holistik, menganggap semua masalah tidak berdiri sendiri, variabel penelitian tidak bisa dipelajari terpisah dari konteksnya secara keseluruhan
12. Desain bersifat lentur dan terbuka, untuk mempersiapkan agar dapat sesuai dengan kondisi lapangan yang akan dijumpai
13. Negotiated outcome, hasil tergantung pada kondisi dan kualitas interaksi, cenderung merundingkan makna dan interferensi dengan nara sumber
14. Bentuk laporan dengan model studi kasus, laporan cenderung untuk menggunakan model studi kasus
15. Interpretasi idiografik, menekankan pada penafsiran data dalam arti khusus dan nomotetis(dalam arti hukum-hukum generalisasi)
16. Aplikasi tentati, cenderung bersifat tentatif untuk membuat aplikasi luas dari temuan berdasar realita yang beragam
17. Keterikatan yang ditentukan oleh fokusnya, hasil tergantung dari fokus yang ditentukan oleh peneliti
18. Penggunaan kriteria khusus bagi kebenarannya, memantapkan kegiatan pengumpul data dengan berbagai usaha. Validitas, reliabilitas dan obyektifitas konvensional dalam penelitian kualitatif tidak digunakan

4 komentar:

  1. tapi penelitian kualitatif dalam konsep validitas sering masih diperdebatkan, karena validitas dalam kualitatif sering tidak diangap mampu sebagai dasar penyusunan instrumen seperti halnya penelitian kuanti,harap juga hal ini bisa menjadi pertimbangan lebih lanjut. terima kasih.

    BalasHapus
  2. saya sering menanyakan kualitatif itu apa???tapi artikel ini sudah bisa sedikit menjawab kebingungan saya.thaks b4

    BalasHapus
  3. idealis bung....next time i hope can see more your opinion again....

    BalasHapus