Jangan lupa untuk mengunjungi Blog Utama Kami di ahimzafatih.com

Selasa, 19 April 2011

Pendidikan Anak dalam Islam (Bagian II)

<< Pendidikan Anak dalam Islam (Bagian I)


10. Latihlah anak untuk berpuasa jika sudah mampu, dengan tujuan apabila telah menginjak dewasa dia sudah terlatih untuk melakukannya.



Dan Imam Bukhari telah membuat judul bab dalam Shahih-nya (4/200) bab, Puasanya Anak-anak: “Telah bercerita kepada kami Musaddad, ia berkata: “Telah bercerita kepada kami Bisyr bin Al-Mufadhdhal dari Khalid bin Dzakwan dari Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz, ia berkata: “Nabi shollallohu alaihi wa sallam mengutus (seseorang) pada pagi hari (di hari) Asyura ke kampung Anshar (untuk mengumumkan), barangsiapa pagi ini sudah makan maka hendaknya menyempurnakan sisa harinya (untuk berpuasa), dan barangsiapa yang pagi ini belum makan maka hendaknya ia berpuasa.” Ia (Ar-Rubayyi’) berkata: “Maka kami pun berpuasa dan anak-anak kami latih untuk berpuasa. Kami buatkan mainan dari bulu untuk mereka, jika salah satu dari mereka menangis minta makan, kami beri dia mainan itu sampai datang waktu berbuka.”




11. Ajarilah anakmu aqidah yang benar.
Dan katakanlah kepadanya seperti yang dikatakan Nabi shollallohu alaihi wa sallam kepada Abdullah bin Abbas rodhiyallohu anhuma: “Sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat, jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di depanmu. Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau minta tolong maka minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah seandainya umat ini bersatu untuk memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak akan bisa memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Seandainya mereka bersatu untuk mendatangkan kemudharatan kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak akan dapat memudharatkanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan menimpamu. Telah diangkat pena dan telah kering lembaran-lembaran catatan.


12. Berilah wasiat kepada anakmu seperti Luqman memberi wasiat kepada anaknya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah), sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabar terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan jangan kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Luqman: 13-19)


13. Ajarilah dia jika hendak masuk untuk meminta izin lebih dahulu.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari), yaitu sebelum shalat Shubuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)-mu di tengah hari dan sesudah shalat Isya. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebagian kamu (ada keperluan) kepada sebagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (An-Nuur: 58)


14. Berilahukan kepadanya tentang perkara-perkara yang dilarang agar menjauhinya.
Dalam Shahihain dari hadits Abu Hurairah rodhiyallohu anhu, ia berkata: “Al-Hasan bin Ali rodhiyallohu anhuma mengambil sebiji kurma dari kurma shadaqah (zakat) kemudian memasukkannya ke mulutnya. Lalu Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam bersabda:
Kikh, kikh, buanglah kurma itu, tidakkah engkau tahu bahwa kita tidak makan makanan shadagah (zakat).


15. Jelaskanlah padanya makna ayat atau hadits yang engkau bacakan kepadanya.


16. Ikatlah hatinya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Sebagian anak hatinya terikat dengan dunia dan tontonan-tontonan sehingga hatinya penuh dengan khayalan. Hal ini mengakibatkan dia takut pada bayangannya sendiri.


Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar