Jangan lupa untuk mengunjungi Blog Utama Kami di ahimzafatih.com

Rabu, 06 Oktober 2010

Ketika Bendera Merah di Rumah Kita

Saya mempunyai seorang teman katakanlah namanya Ikhlas (bukan nama sebenarnya). Dia adalah teman di Mushola seberang kampung dan dulu dia salah satu rekan yang aktif di kepemudaan di mushola itu ketika saya masih aktif disana, sebelum saya secara resmi pindah ke masjid saya yg sekarang.



Sekitar 16 Hari yg lalu terdengar kabar Bapak dr taman saya tadi meninggal dunia, dalam usia sangat muda sekitar 40 tahunan, padahal minggu sebelumnya saya masih menjumpai beliau ketika sholat di majid kami (masjid kami adalah masjid terbesar di kampung sehingga mushola-mushola kecil di kampung seberang jika jumatan berkumpul di masjid kami).


Hari ini, ketika saya sedang berangkat menuju Polantas Surakarta untuk mengurus SIM saya yang akan habis, di tengah jalan saya melewati gang depan kampung teman saya tadi dan ada bendera merah ditancapkan di jalan masuk kampung. Langsung terbetik di pikiran saya, "Siapa yang meninggal ya?", maklum, di daerah kami (jawa tengah) bendera merah kecil yang di tancapkan di depan rumah/ pintu kampung menandakan ada salah satu keluarga/ warga kampung tersebut ada yang meninggal dunia.

Sepulang dari pengurusan perpanjangan SIM di Polwil, segera saya mencari informasi siapa yang meninggal di sana, dan berita yang saya dengar sedikit mengejutkan, yang meninggal adalah Ibu dari teman saya tadi (Ibunya Ikhlas). Teman yang 10 hari yang lalu ayahandanya meninggal...


Innalillahi wainnaillaihi Rooji'un..."…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku." [QS.Al-Ahzab:38]. padahal hari-hari sebelumnya almarhummah sama sekali tidak terlihat sakit, hanya tadi pagi berliau mengeluh masuk angin, kemudian minta dikerokin, setelah itu pingsan. Segera oleh beberapa tetangga almarhummah dilarikan ke RS. Kustati, dan di sana lah beliau meninggal, tepat hari ini.

Alloh Ta'ala berfirman, "Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."(QS.Ali Imron:145). 

Semoga Kedua Almarhum, orang tua ikhlas tadi mendapatkan Ampunan di sisi Alloh dan setiap Amal-amalnya di terima. Amin. dan semoga untuk temanku di seberang kampung tadi, dapat diberi kesabaran telah ditinggalkan kedua orangtuanya dalam waktu yang tidak terlalu jauh. Semoga Alloh memberikan jalan yang terbaik untuk mereka dan untuk keluarga mereka.

Itulah takdir Alloh gan, Kita tidak bisa memundurkan kematian. Namun, terdapat Hal yang perlu menjadi perhatian dan pelajaran bagi kita. Pelajaran itu dapat kita lihat berasal dari teman saya tadi - Ikhlas -. secara status adalah seorang Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan 2006, seusia adik saya yang sudah meninggal (dulu waktu SD teman sekelas adik saya) mungkin beberapa teman-teman di sini adalah teman-teman adalah teman satu angkatan/seumuran dg dia. 

Dia belum selesai menamatkan studinya di perguruan tinggi dan dimana kedua orangtua telah meninggalkannya dalam waktu yang tidak jauh/hampir bersamaan(selang 16 hari). Orang tuanya telah meninggalkan dua orang adik, dimana paling kecil masih duduk di bangku SMA. Teman saya tadi secara status telah berganti menjadi kepala keluarga, dengan anggota 2 adiknya sendiri yang usianya terpaut antara 1-3 tahun saja.

Jujur terlintas di pikiran saya, "Bagaimana besok teman saya itu menjalani kehidupannya?". Saya hanya membayangkan, dia hanya mahasiswa biasa seperti halnya saya yang sama sekali belum berpengalaman tentang arti tanggung jawab kepada keluarga. Jangankan keluarga, saya sendiri sering berfikir, tanggung jawab terhadap diri saya sendiri saja masih sangat kurang, apalagi terhadap keluarga.

Dengan kejadian ini, saya mengajak teman-teman untuk bersama-sama merenungkan dan menjadikan pelajaran untuk kita semua. Kita sama-sama mereintropeksi diri kita, tentang seberapa hebatnya dirikita sekarang, dimana kita telah menyandang gelar Seorang Mahasiswa.!!

Ternyata..,
Kita sering Egois!!kita sering membiarkan kedua orang tua membersihkan rumah padahal saya hanya duduk2 di depan laptop bermain game/ FBan, Kita sering dengan seenaknya pulang larut dari kampus, pulang-pulang hanya tidur ninggalin cucian, main HP, tanpa menyentuh pekerjaan yang ada dirumah. Baju sudah disiapkan Bapak dan Ibu, uang saku selalu dikasih.

Orang tua yang membiayai kita selalu membayangkan, kalau kita sekarang serius belajar, sedang benar-benar mendalami tentang apa yang sedang kita pelajari, padahal kita dikampus hanya berleha-leha, Kongkow2 dengan teman2/komunitas di parkiran kampus, sibuk pacaran, Touring, Hotspotan dan entah kegiatan bersenang-senang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Kita sering merasa hebat di tengah-tengah kampung atau masyarakat, karena tidak semua orang dapat kesempatan mengecap bangku kuliah, padahal kita ketika kuliah hanya sebagai status, ketika ditanya tentang bidang perkuliahan yang kita pelajari saya kita tidak mampu menjelaskan lebih dari 40%.

Parah,,!!sangat parah memang generasi Mahasiswa negeri Ini, minimal generasi mahasiswa yang saya sendiri lihat di sekitar saya, di UNS maupun di UMS, mereka hanya berbangga diri ttg jurusan mereka, tapi skripsi aja tidak segera mereka sentuh. tiap hari hanya menjadikan status kemahasiswaan sebagai sarana untuk bersenang-senang dan lepas dari tanggung jawab. atau sebagai alasan usia untuk mengangur dimana usianya sudah memasuki usia produktif.

Tahun demi tahun terlewati, usia tidak akan kembali dan waktu mulai beranjak mendekati fase usia yang lebih kompleks. tapi sebagian dari kita masih belum sadar akan hal ini. Entah, mereka punya hati atau tidak terhadap orang tua yang membiayai kuliah mereka. atau sadar tidak bahwa usia semakin menuntut mereka tentang sebuah tanggung jawab, minimal adalah sebuah tanggung jawab moral terhadap keluarganya sendiri.

PENGHIANAT, Satu kata yang mungkin sesuai untuk mahasiswa dengan kriteria yang saya sebutkan tadi, kenapa?karena mereka tidak hanya menghianati diri sendiri tapi mereka menghianati orang-orang disekitarnya. menghianati amanah kedua orang tuanya, menghianati tanggungjawab moral di masyarakat, bangsa bahkan Agama. Wa'iyyadzubillah.

Kembali pada cerita saya diatas tadi, sekarang coba kita posisikan diri kita, diposisi Ikhlas. ketika kita seorang mahasiswa yang pada hari itu sedang asyik-asyiknya kongkow di kampus, ketika kita pulang kita mendapati Bendera merah tertancap di depan gan rumah kita, setelah kita masuk, ternyata, yang meninggal adalah kedua orang tua kita.

Kita belum sempat meminta maaf kepada mereka atas penghianatan kita, kita belum sempat menyelesaikan amanah dari mereka yang dibebankan pada kita, bukan karena kita tidak mampu, tapi karena belum mau, bukan karena kita bodoh tapi karena kita malas, bukan karena kita gagal tapi karena kita belum mencoba.

Cerita saya diatas adalah kisah nyata teman saya Ikhlas yang tidak menutup kemungkinan bisa terjadi di tiap-tiap dari kita. Usia adalah Rahasia dan takdir Allloh. Itu adalah hak Dia, tapi kita diperintahkan untuk berusaha walaupun hasil bukan tanggung jawab kita. Wallohu ta'ala 'alam bishowab.

Semoga Kisah nyata ini bisa menjadi semangat untuk teman-teman segera menyelesaikan studinya dengan waktu yang terbaik dan dengan hasil terbaik, sebelum semuanya terlambat, sebelum kita menyesal di kemudian hari.


Sepulang dari Pemakaman Ibunda Ikhlas,
Surakarta, 01 Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar